
Khaleej Times Jobs – Ferry Irwandi akhirnya mengumumkan bahwa polemik yang melibatkan dirinya dan Tentara Nasional Indonesia telah berakhir secara damai. CEO Malaka Project ini menyampaikan kabar tersebut melalui akun media sosial pribadinya setelah melakukan pertemuan dan dialog langsung dengan Brigadir Jenderal TNI Marinir Freddy Ardianzah. Menurut Ferry pertemuan itu menjadi langkah penting untuk meluruskan berbagai kesalahpahaman yang sempat membuat situasi memanas di ruang publik. Ia menegaskan bahwa kepercayaannya terhadap TNI sebagai institusi yang melindungi rakyat tetap terjaga dan tidak berubah. Pernyataan tersebut menjadi tanda bahwa ketegangan yang sebelumnya ramai diperbincangkan kini telah mereda. Proses hukum yang sempat diisukan juga dipastikan tidak akan dilanjutkan setelah kedua pihak saling menyampaikan permintaan maaf dan mengajak masyarakat untuk kembali fokus pada isu yang lebih penting seperti pembebasan massa aksi yang masih ditahan.
Dalam proses penyelesaian masalah Ferry Irwandi menjelaskan bahwa percakapan dengan Brigadir Jenderal Freddy Ardianzah menjadi momen kunci yang menenangkan kedua belah pihak. Ferry Irwandi menyebut bahwa banyak kesalahpahaman yang muncul akibat pernyataan di media sosial dan ruang publik yang memicu reaksi keras. Dialog ini dilakukan untuk memastikan tidak ada lagi informasi yang salah dan untuk menjaga hubungan baik antara masyarakat sipil dan institusi pertahanan negara. Freddy Ardianzah juga mengonfirmasi bahwa komunikasi memang telah dilakukan meski ia tidak menjelaskan secara rinci isi pembicaraan tersebut. Pertemuan tersebut menunjukkan bahwa jalur dialog masih menjadi cara terbaik untuk meredakan ketegangan tanpa harus membawa persoalan ke ranah hukum yang lebih rumit. Upaya ini juga menjadi contoh penting tentang bagaimana komunikasi terbuka dapat mencegah konflik sosial yang lebih besar.
“Baca juga: Drama Super Junior Memanas! Leeteuk Kesal Berat, Siwon Dihujat Habis-Habisan”
Polemik antara Ferry Irwandi dan TNI berawal dari unggahan di media sosial yang dianggap mengandung unsur provokasi fitnah dan framing negatif terhadap institusi militer. Unggahan tersebut dinilai dapat menimbulkan keresahan publik memecah persatuan dan mengadu domba masyarakat dengan aparat keamanan. Empat perwira tinggi TNI termasuk Brigjen Freddy Ardianzah sebelumnya mendatangi Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya untuk berkonsultasi mengenai rencana pelaporan dugaan pencemaran nama baik. Namun menurut putusan Mahkamah Konstitusi institusi negara tidak dapat melaporkan kasus pencemaran nama baik menggunakan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Peraturan tersebut hanya memungkinkan pelaporan dilakukan oleh individu yang merasa dirugikan. Situasi ini membuat proses hukum sempat menjadi perbincangan hangat hingga akhirnya diputuskan untuk diselesaikan melalui dialog.
Setelah pertemuan Ferry Irwandi dan Brigadir Jenderal Freddy Ardianzah kedua pihak sepakat bahwa proses hukum tidak akan diteruskan. Ferry menegaskan masalah ini telah selesai dan mengajak masyarakat fokus pada tuntutan mendesak seperti pembebasan massa aksi yang masih ditahan. Kepala Pusat Penerangan TNI Freddy Ardianzah memastikan komunikasi dengan Ferry telah dilakukan meskipun detail pembicaraan tidak diungkap ke publik. Keputusan menghentikan langkah hukum menunjukkan komitmen kedua pihak menjaga ketertiban sosial dan mengutamakan penyelesaian damai. Langkah ini disambut baik banyak pihak karena membuktikan penyelesaian konflik dapat dilakukan tanpa memperpanjang proses hukum. Proses hukum yang panjang dinilai dapat memicu ketegangan baru di tengah masyarakat jika tidak segera dihentikan dengan kesepakatan damai.
Kasus Ferry Irwandi dan TNI menjadi contoh penting tentang perlunya dialog terbuka dalam menyelesaikan persoalan publik. Kesalahpahaman akibat pernyataan di media sosial dapat berakibat luas bila tidak segera diluruskan melalui komunikasi yang baik. Dengan dialog langsung kedua pihak mampu memahami perspektif masing masing dan mencegah berkembangnya narasi negatif yang merugikan banyak pihak. Situasi ini menegaskan masyarakat perlu berhati hati menyampaikan pendapat di ruang digital agar tidak memicu kesalahpahaman dan polemik. Penyelesaian damai Ferry dan TNI memberi pelajaran bahwa komunikasi menjadi kunci utama menjaga keharmonisan sosial di era informasi cepat.
Artikel ini bersumber dari megapolitan.kompas.com dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di khaleejtimesjobs.com
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa
Have Seat Will Travel – NewJeans resmi kalah dalam sengketa hukum melawan agensinya ADOR. Pengadilan Korea Selatan memutuskan bahwa kontrak eksklusif antara…
Have Seat Will Travel – Stanley Fung meninggal dunia pada usia 81 tahun di Taiwan pada dini hari 1 November 2025. Kabar…
Have Seat Will Travel – Sherly Tjoanda kembali menarik perhatian publik setelah video dirinya menatap Muzakir Manaf viral di media sosial. Tatapan…
Khaleej Times Jobs – Tom Lembong menjadi sorotan publik setelah namanya terseret dalam kasus korupsi impor gula yang menyebabkan kerugian negara hingga…
Khaleej Times Jobs – Sahroni menjadi salah satu nama yang paling disorot dalam sidang perdana Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR yang digelar…
Khaleej Times Jobs – Nikita Mirzani kembali menjadi sorotan setelah divonis empat tahun penjara dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Kasus…